Kamis, 11 Agustus 2011

cahaya hidayah


“Mungkin ini memang adalah jalanku menuju hidayah” ucap rizal memulai kisahnya.
“dulu aku memang bejat, tidak berbakti pada orang tua, suka main judi, semir rambut, sholat Pun sering ku Tinggalkan. Namun pada suatu hari, aku baru menyadari betapa bejatnya diriku. 6 tahun tahun di pesantren tidak membuahkan kebaikan apa-apa. 4 tahun di kuliahkan hanya bisa menghabiskan harta orang tuaku. Pergaulanku semakin tidak karuan semakin hari. Orang tuaku sering mengeluh namun tak pernah ku hiraukan. Hingga pada suatu malam, kuputuskan untuk menghabiskan uang hasil menjual sepeda motor megaproku. Aku habiskan semuanya untuk berjudi. Aku heran tidak pernah ku menang dalam judi di malam itu, padahal sebelum-belumnya aku pasti menang atau minimal kembali modal. Uangku semua habis tak tersisa. Saat itulah aku muncullah dalam hatiku secercah cahaya hidayah. Aku  harus bekerja mulai saat ini, aku tak mau berjudi lagi. Aku ingn bekerja dengan jalan halal. Kemudian aku pulang dengan wajah pucat pasi. Orang tuaku menyadari kalau aku sedang kalut, sehingga mereka tak pernah terlalu memarahiku. Di depan ibuku aku mengucapkan kalimat yang belum pernah kuucapkan sama ibuku sebelumnya, “ bu maafkan aku bu, aku selalu menysahkanmu selama ini, aku telah membuatmu selalu bersedih, sepeda motor yang telah dibelikan untukku telah ku jual dan kuhabiskan untuk berjudi. Namun aku sekarang mulai insaf, aku tak mau menysakan ibu lagi, aku ingin bekerja, doakan anakmu ini”kalimat itu yang keluar dari mulutku secara beruntun, mengalir begitu saja bak air di sungai. Tiba-tiba butiran air bening berjatuhan dari kedua kelopak mata ibuku. Kedua pipinya banjir oleh air mata harunya. Air mataku juga mengalir dari  suduk kedua mataku. Pandangan kami kabur terhalang dengan air mata yang memnuhi bening bola mata kami.
“iya nak aku maafkan, aku akan mendoakannmu agar sukses”jawab ibuku tersendat-sendat

Seketika itu hatiku merasa haru, tersentuh oleh ketulusan ibuku memaafkan semua kesalahanku yang setinggi gunung. Gundah yang kurasa mencair bak es batu di siram air panas.

Aku belum tahu kemanakah aku akan mengadukan nasibku ini. Aku hanya berpikir untuk segera merantau ke  tempat yang bisa membuatku terpacu untuk benar-benar berusah mencari karunia allah. Ada salah seorang teman yang mengajakku merantau ke riau namun hatiku merasa was-was.aku pernah melamar PNS namun tidak diterima. Sampai suatu hari tanpa persiapan sedikitpu di hari sebelumnya. Aku putuskan untuk mengadu nasib ke ibukota negeri ini, Jakarta, yach Jakarta. Hanya dengan persiapan satu hari ku mantapkan pergi ke sana dengan dukungan orang tua. Padahal aku tidak punya chanel satupun di sana. Hanya bermodal tekad yang kuat.

Sesampai di Jakarta aku hanya bisa mondar mandir mancari kerja tak kunjung  dipertemukan,uang saku sudah kian menipis bahkan hampir saja tak tersisa.” Pokoknya saya harus bekerja apapun itu pekerjaannya asal halal demi menyambung hidupku”kata hatiku.
allah masih memberiku jalan, ada salah satu temanku di perkulliahanku yang tidak terlalu kenal denganku memberiku kabar tentang pekerjaan, “tapi pekerjaan ini berat Zal,,,” temanku mengakhiri penjelasannya lewat hp.” Seberat apapun akan aku kerjakan asal bisa makan”
“ya udah kalau gitu saya antar kamu besok”
“iya”

Keesokan harinya aku di pertemukan dengan bosnya, bos hp merk walkman. Aku di beri pekerjaan sebagai yunior anak buah yang lain, aku begitu bahagia mendapatkan pekerjaan. Di hari pertama aku bekerja aku merasa tdak kerasan, ingin rasanya akau pulang “aku harus bisa, aku harus bisa” ucapku sambil mengepal tinjuku untuk menyemangatkan hatiku. Semenjak itulah aku mersa menjadi orang yang bisa bertanggung jawab pada diriku. Sebagian hasil kerjaku ku kirimkan untukl adik-adikku di kampung. Aku menabung sebagiannya. Dan kini aku sudah benar-bnar berhenti berjudi. Ingin rasanya ku tak dekat-dekat dengan judi lagi. Ku teringat pesan ustadz “ingat zal.. yang membuat rusaknya dunia itu ada 3. perempuan, minum-minuman dan judi” aku selalu mengingat pesan itu hingga kini.

Semoga aku selalu tetap dalam jalanNYA yang lurus Amiiin…”

Rizal mengakhiri kisahnya. “baguslah kalau begitu” ucapku

*****
Sepuluh bulan aku tidak bertemu tengan Rizal. Aku hanya berkomunikasi lewat fb, sms jika sempat. Sampai suatu ketika aku membaca buku yang sangat memotivasi hidupku.  keajaiban rizki karya ippo santosa. Aku menghaatmkannya. Bayangan rizal berkelebatan depan mataku. Ingin rasanya aku menginformasikan buku ini padanya. Mengingat dialah temanku yang semenjak SD,MTs,MA. Kami selalu bersama. Hanya saat dia kuliah kami berpisah.dia kuliah, sedangkan  aku menghafalkan alquran. Selama itu pula kami putus komunikasi.

Di waktu senggang aku ketik kalimat di hp ku yang berbunyi

“pokoknya kalau masih sering sms san dengan lawan jenis, dijamin puyeng, dan tidak konsentrasi. Apalagi menjalin hubungan asmara…..”

Aku kirimkan ke beberapa nomor. Salah satunya rizal. belum lama meluncur. Sms balasan melongo di layar hp ku. Inti semua pesan itu sama, semuanya sepakat dengan smsku. Terakhir sms

Setiap minggu aku Tanya kelanjutannya ,jadi atau tidaknya membeli buku yang aku usulkan. Dia selalu jawab iya nanti. Hingga suatu malam hp ku menjerit. Nama rizal meuncul di layar hp ku.



“halo” suara rizal terbit dari speaker hp
“iya, ada apa zal?”aku menimpali
“Aku mau curhat”
“OK silahkan”

Bersambung….



Tidak ada komentar:

Posting Komentar