Kamis, 11 Agustus 2011

Pudarnya Pejuang Al-Quran


Malam telah larut, aku menonton TV di kamar seorang kiyai sepuh yang hafidz Al-Quran. Umur beliau berkisar 80 tahunan. Di sampingku pria muda sedang membaca Dalailul Khairat. seraya menjaga beliau kami menonton televisi, sedangkan beliau  sedang istiraha sedari tadit. Seperti malam-malam sebelumnya, biasanya beberapa menit lagi kiyai sepuh itu akan bangun, kemudian ke kamar mandi yang berada di samping kamar tidur, untuk buang air kecil. Benar dugaanku, belum 5 menit beliau benar-benar bangun dari tidur lelapnya. Matanya Nampak sayu, kedua kakinya bersiap-siap hendak berdiri tegak. Sejurus kemudian melihat beliau tidak bisa berdiri sendiri, pria muda di sampingku mengangkat badan beliau kuat-kuat yang hendak berdiri daritempat tidurnya. Kyai itu Nampak masih lemas, disebabkan penyakit diare yang dialaminya beberapa hari terakhir ini.
Kami berdua menuntun beliau menuju kamar mandi  3 M sebelah kanan tempat tidur beliau. Kami melepaskan beliau di ambang pintu kamar mandi, kyai masuk sendirian, sedangkan kami hanya menunggu di luar. rasa gelisah meninmang-nimang hatiku. Biasanya  sekitar2-3 menit kemudian beliau sudah keluar, namun tidak demikian malam ini. Sempat terdengar suara gemercik air seperti biasanya dari dalam kamar mandi, namun setelah itu sepi. Kami menunggu lama hampir 15 menit, hati kami panik karena tidak seperti biasanya.
Kudekatkan daun telingaku ke  pintu kamar mandi, mencoba mendengarkan sesuatu, namun tidak ada suara apapun yang tertangkap oleh telingaku. Hatiku semakin panik, lebih-lebih hati pria muda yang bersamaku. Mata kami saling berpandangan, kami mondar mandir di tempat. makin lama kami menunggu, kian sepi yang ada. Ku isyaratkan kepalaku pada pemuda itu, petanda bertanya langkah apa yang harus kita lakukan. Dari cara ia memandangku aku memahami maksudnya.
Yah, mau tidak mau kami terpaksa membuka pintu kamar mandi . ku langkahkan kakiku mendekati mendekati pintu, pria itu mengikutiku di belakang. Ku dorong sedikit demi sedikit pintu itu. Betapa kagetnya hatiku oleh apa yang aku lihat.
Masya allah, ternyata kiyai sepuh itu  jatuh mengkurap di lantai kamar mandi yang lumayan lebar itu. Kami langsung masuk, bergegaas mengangkat beliau. Semua pakaian beliau kami ganti karena basah dan najis. Kami merasa sangat bersalah karena tidak dari tadi membuka pintu. namun Kami tidak habis pikir. semenjak tadi beliau tidak mngeluh sedikitpun atas kejadian ini.
Seusai mengganti pakaian, kami menuntun beliau lagi menuju tempat tidur dengan lebih hati-hati. Semalaman kami tidak bisa tidur oleh beban pikiran apa yang telah terjadi malam ini.Semenjak kejadian ini hati kami gundah, hawatir terjadi apa-apa engan beliua. Hari demi hari penyakit beliau semakin parah,  akhirnya di bawa ke RSI Surabaya. harapan kesembuhan beliau bergelembung di hati para pecinta Al-Quran. mengingat beliau tidak dikarunia putra oleh allah. namun apa dikata kita hanya bisa berdoa dan berharap namun Allah lah yang menentukan takdir.

"min tolong bacakan surat Ad-dukhon" pintanya pada istri tercintanya.
saat istri membaca alquran, kedua bibir beliau bergerak menirukan apa yang dibaca sang istri. tepat saat menjelang azdan subuh malaikat maut menjemput ajal beliau si pertengahan bacaan surat Ad-Dukhon yang kedua kalinya. butiran bening air mata mengalir membanjiri para penjenguk. aku merasakan malaikat maut baru berkemas dari kamar beliau. sang pejuang Al-Quran telah manghadap ilahi di malam jum'at ini

sesuai permintaan takmir masjid sunan ampel, beliau disemayamkan di pemakaman sunan ampel surabaya. Kini hanya nama dan jasa-jasanya yang tidak pernah kami lupakan. Semoga amal beliau diterima, dan semuoga semua santrinya bisa meneruskan perjuangan beliau, memasyarakatkan Al-Quran dan menQurankan masyarakat . amiin

mengenang KH. Moch . Dahlan Basyuni Al-Ja'fari Peneleh Surabaya 
 wafat 6 maret 2009 M / 9 Robi'ul Awal 1430 H

by: Khoiron Mahmud

1 komentar: